Jumat, 15 Oktober 2021

Perkebunan Kopi

Kopi



       Kopi merupakan salah satu minuman yang paling terkenal di kalangan masyarakat. Kopi digemari karena memiliki citarasa dan aroma yang khas (Ramalakshmiet al., 2008). Tanaman kopi termasuk dalam Kingdom Plantae, Sub kingdom Tracheobionta, Super divisi Spermatophyta, Divisi Magnoliophyta, Class Magnoliopsida/Dicotyledons, Sub class Asteridae, Ordo Rubiales, Famili Rubiaceae, Genus Coffea, Spesies Coffea arabica L (USDA, 2002).Kopi (Coffea spp) adalah spesies tanaman berbentuk pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea.


      Tanaman ini tumbuh tegak, bercabang dan dapat mencapai tinggi 12 m. Tanaman kopi terdiri dari jenis Coffea arabica, Coffea robusta dan Coffea liberica(Danarti dan Najiyati, 2004). Tanaman kopi merupakan komoditas ekspor yang mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi di pasaran dunia, di samping merupakan salah satu komoditas unggulan yang dikembangkan di Indonesia. Sudah hampir tiga abad kopi diusahakan penanamannya di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam negeri dan luar negeri. Buah kopi terdiri atas 4 bagian yaitu lapisan kulit luar (exocarp), daging buah (mesocarp), kulit tanduk (parchment), dan biji (endosperm), seperti dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

     Kopi memiliki antioksidan yang lebih banyak dibandingkan minuman lainnya. Asam klorogenat merupakan antioksidan dominan yang ada dalam biji kopi yaitu berupa ester yang terbentuk dari asam trans-sinamat dan asam quinat (Ramalakshmi and Raghavan, 2000). Asam klorogenat merupakan senyawa terpenting yang mempengaruhi pembentukan rasa, bau dan flavor saat pemanggangan kopi serta dikenal sebagai zat anti kanker dan dapat melindungi sel untuk melawan mutasi somatik (Richelle et al., 2001).
      Di samping memiliki kandungan yang menguntungkan kopi juga memiliki zat yang dapat membahayakan kesehatan yaitu kandungan kafein dan asam organik yang tinggi. Kopi dapat digolongkan sebagai minuman psikostimulant yang akan menyebabkan orang tetap terjaga, mengurangi kelelahan dan memberikan efek fisiologis berupa peningkatan energi (Tan dan Taharja, 2002).

Jenis-Jenis Kopi



     Tanaman kopi (Coffea sp.) diyakini berasal dari benua Afrika, kemudian menyebar ke seluruh dunia.Saat ini kopi ditanam meluas di Amerika Latin, Asia-pasifik dan Afrika. Pada era Tanam Paksa atau Cultuurstelsel (1830—1870) masa penjajahanBelanda di Indonesia, pemerintah Belanda membuka sebuah perkebunan komersial padakoloninya di Hindia Belanda, khususnya di pulau Jawa, pulau Sumatera dan sebagianIndonesia Timur (AksiAgrarisKanisius, 1980).Jenis kopi yang dikembangkan di Indonesia adalah kopi jenis Arabikayang didatangkan langsung dari Yaman. 
       Tetapi selama perjalanan penanaman kopi arabika, kopi jenis ini mudah sekali terserang penyakit karat daun, maka dari itu muncullah jenis–jenis kopi yang lain untuk meningkatkan produksi tanaman kopi Indinoseia (Yahmadi, 1972). Di dunia perdagangan, dikenal beberapa golongan kopi tetapi yang sering dibudidayakan hanya kopi robusta, arabika dan liberika. Penggolongan kopi tersebut umumnya didasarkan pada spesiesnya, kecuali Robusta. Kopi robusta bukan merupakan nama spesies karena kopi ini merupakan keturunan dari beberapa spesies kopi terutama Coffea canephora.

Kopi Arabika

      Kopi arabika merupakan tipe kopi tradisional dengan citarasa terbaik.Sebagian besar kopi yang ada dibuat dengan menggunakan biji kopi jenis ini.Kopi ini berasal dari Etiopia dan sekarang telah dibudidayakan di berbagaibelahan dunia, mulai dari Amerika Latin, Afrika Tengah, Afrika Timur, India dan Indonesia (AksiAgraris Kanisius, 1980).Penyebaran tumbuhan kopi arabika ke Indonesia dibawa seorang berkebangsaanBelanda pada abad ke-17 sekitar tahun 1646 yang mendapatkan biji arabika mocca dari Arabia. Jenis kopi ini oleh Gubernur Jenderal Belanda di Malabar dikirim juga ke Batavia pada tahun 1696. Karena tanaman ini kemudian mati oleh banjir, pada tahun 1699 didatangkan lagi bibit-bibit baru, yang kemudian berkembang di sekitar Jakarta dan Jawa Barat, akhirnya menyebar ke berbagai bagian di kepulauan Indonesia (Prastowodkk, 2010).

     Secara umum, kopi ini tumbuh di negara-negara beriklim tropis atausubtropis. Kopi Arabika tumbuh pada ketinggian 600-2000 m di atas permukaanlaut. Tanaman ini dapat tumbuh hingga 3 m bila kondisi lingkungannya baik.Suhu tumbuh optimalnya adalah 18-26°C. Biji kopi yang dihasilkan berukurancukup kecil dan berwarna hijau hingga merah gelap. Sekitar satu abad kopi arabika telah berkembang sebagai tanaman rakyat (Yahmadi, 1972). Perkebunan kopi pertama diusahakan di Jawa Tengah (Semarang dan Kedu) pada awal abad ke-19, sedang perkebunan kopi di Jawa Timur (Kediri dan Malang) baru dibuka pada abad ke-19, dan di Besuki bahkan baru pada akhir tahun 1900an (Yahmadi,1972).
       Budidaya kopi arabika ini mengalami kemunduran karena serangan penyakit karat daun (Hemileiavastatrix), yang masuk ke Indonesia sejak tahun 1876.Kopi arabika hanya bisa bertahan di daerah-daerah tinggi (1000 m ke atas), dimana serangan penyakit ini tidak begitu hebat (AksiAgraris Kanisius, 1980).

Kopi Robusta

     Kopi robusta pertama kali ditemukan di Kongo pada tahun 1898. Kopirobusta dapat dikatakan sebagai kopi kelas 2, karena rasanya yang lebih pahit,sedikitasam, dan mengandung kafein dalam kadar yang jauh lebih banyak. Kopi Robusta (Coffea canephora) dimasukkan ke Indonesia pada tahun 1900 (Prastowo dkk, 2010). Kopi ini ternyata tahan penyakit karat daun dan memerlukan syarat tumbuh dan pemeliharaan yang ringan, sedang produksinya jauh lebih tinggi. 
     Oleh karena itu, kopi ini cepat berkembang dan mendesak kopi-kopi lainnya.Saat ini lebih dari 90% dari areal pertanaman kopi Indonesia terdiri atas kopi robusta.Kopi robusta (Coffea canephora) lebih toleran terhadap ketinggian lahan budidaya. Jenis kopi ini tumbuh baik pada ketinggian 400-800 m dpl dengan suhu 21-24oC(AksiAgraris Kanisius, 1980).

       Jenis kopi robusta lebih cepat berbunga dibanding arabika. Dalam waktu sekitar 3 tahun kopi sudah mulai bisa dipanen meskipun hasilnya belum optimal. Produktivitas kopi robusta secara rata-rata lebih tinggi dibandingkan arabika yakni sekitar 900-1.300 kg/ha/tahun. Dengan pemeliharaan intensif produktivitasnya bisa ditingkatkan hingga 2000 kg/ha/tahun.Untuk berbuah dengan baik, kopi robusta memerlukan waktu panas selama 3-4 bulan dalam setahun dengan beberapa kali hujan. Rendemen kopi robusta cukup tinggi sekitar 22%. Bagi para penggemar kopi, mutu kopi robusta masih dibawah arabika. 
      Harganya pun demikian, kopi robusta dihargai lebih rendah. Karena harganya yang murah, para petani seringkali mengolah biji kopi robusta dengan proses kering yang lebih rendah biaya (Yahmadi, 1972).

Kopi Liberika

     Kopi liberika berasal dari Angola dan masuk ke Indonesia sejak tahun 1965. Meskipun sudah cukup lama penyebarannya tetapi hingga saat ini jumlahnya masih terbatas karena kualitas buah yang kurang bagus dan rendemennya rendah (Prastowo dkk, 2010). Kopi liberika (Coffea liberica) bisa tumbuh dengan baik didataran rendah dimana kopi robusta dan arabika tidak bisa tumbuh. Jenis kopi ini paling tahan pada penyakit HV dibanding jenis lainnya. Mungkin inilah yang menjadi keunggulan kopi liberika. 
    Kopi liberika mutunya dinilai lebih rendah dari robusta dan arabika. Ukuran buahnya tidak merata, ada yang besar ada yang kecil bercampur dalam satu pokok. Selain itu rendemen kopi liberika juga sangat rendah yakni sekitar 12%. Hal ini yang membuat para petani malas menanam jenis kopi ini (AksiAgraris Kanisius, 1980). Jenis Liberika antara lain : kopi abeokutae, kopi klainei, kopi dewevrei, kopi excelsa dan kopi dybrowskii. Diantara jenis-jenis tersebut pernah dicoba di Indonesia tetapi hanya satu jenis saja yang diharapkan ialah jenis excelsa (Prastowodkk, 2010).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar