Sabtu, 16 Oktober 2021

Perkebunan Kayu Sengon

ANALISA BISNIS: Budidaya Sengon



      Sengon adalah jenis kayu yang banyak dicari oleh masyarakat di Indonesia karena manfaatnya untuk bahan bangunan dan mebel sehingga jumlah kebutuhan setiap tahunnya dapat mencapai 500.000 m³. Tanaman sengon sering disebut dengan pohon albasia (termasuk rumpun Albizia Chinensis). Pohon ini dapat mencapai ketinggian 30-45 meter dengan diameter antara 70-80 cm. Sedangkan daun sengon dapat bermanfaat untuk pakan ternak karena kandungan proteinnya yang tinggi

     Di sisi lain, sengon termasuk jenis tanaman keras yang sangat bermanfaat untuk lingkungan. Dengan jangka waktu panen 5 tahun, kebun sengon dapat memberikan kontribusi pada pelestarian lingkungan seperti menahan erosi tanah, meningkatkan kemampuan tanah untuk menyerap air. Namun demikian tidak semua lahan cocok untuk budidaya sengon.  Setidaknya lahan sengon terletak di ketinggian antara 0 – 800 m dpl, meskipun dalam beberapa kasus sengon bisa tumbuh sampai ketinggian 1500 m dpl. Mereka termasuk tanaman tropis yang dapat memerlukan suhu sekitar 18–27 °C dengan kelembaban sekitar 50-75% dan curah hujan berkisar 2000 – 4000 mm.

       Tidak banyak petani yang berminat menanam sengon secara masal mengingat budidaya tanaman ini membutuhkan waktu yang lama untuk menikmati hasilnya. Biasanya para petani hanya menanam beberapa pohon di kebun yang mereka miliki. Tantangan yang dihadapi para petani dalam budidaya antara lain karat tumor/karat puru, hujan deras dan angina kencang yang dapat merusak tanaman sengon.

       Namun demikian, bagi petani yang memiliki cukup modal dan sudah memiliki sumber pendapatan lain, budidaya sengon memiliki daya tarik sendiri untuk meraih pendapatan yang lebih besar. Seberapa besar modal yang diperlukan untuk memulai budidaya sengon dan banyaknya pendapatan yang bisa diperoleh para petani, berikut perkiraan analisa usaha budidaya sengon.

Asumsi:

        Luas lahan 1 hektar, jumlah penanaman sengon 3300 pohon untuk monokultur
Tingkat kerugian/lost 20%. Dalam proses budidaya sengon, penting dilakukan penjarangan pada saat berumur 3 dan 4 tahun untuk memberikan ruang bagi tanaman sengon tumbuh. Penjarangan pada saat tanaman berumur 3 tahun dilakukan sebanyak 20% dengan menebang selang satu pohon pada tiap barisan dan lajur penanaman. Sedangkan penjarangan kedua yaitu pada saat berumur 4 tahun dilakukan sebayak 20%.

Perkiraan Penjualan

       Penjualan borongan biasanya kayu sengon dihargai berdasarkan diameternya sebagai berikut:

  1. Kayu sengon berdiameter 15 cm = Rp 300.000, dihasilkan dari 4 pohon umur 3th
  2. Kayu sengon berdiameter 20 cm = Rp 400.000, dihasilkan dari 3 pohon umur 4th
  3. Kayu sengon berdiameter 25 cm = Rp 500.000, dihasilkan dari 2 pohon umur 5th
Hasil penjualan dari 3 periode tebang:

  1. Pohon umur 3 th = ((20% x 3300 pohon) : 4) x Rp. 300.000 = Rp. 49.500.000
  2. Pohon umur 4 th = ((20% x 3300 pohon) : 3) x Rp. 400.000 = Rp. 88.000.000
  3. Pohon umur 5 th = ((60% x 3300 pohon) : 2) x Rp. 500.000 = Rp. 330.000.000
Lost 20% x Rp 467.500.000 = Rp. 93.500.000
Biaya produksi = Rp. 59.800.000
Pendapatan bersih = Rp. 314.200.000

          Hasil penjualan kayu sengon selama 5 tahun diperkirakan mencapai Rp 467.500.000. Dengan kemungkinan kerugian yang dihadapi sebesar 20% dan biaya produksi sebesar Rp 59.800.000, diperkirakan pendapatan bersih dari budidaya sengon selama 5 tahun sekitar Rp 314.000.000.

          Sebagai informasi, kayu sengon dengan diameter yang lebih besar seringkali dibeli dengan harga yang lebih tinggi. Berikut adalah daftar perkiraan harga sengon dengan diameter di atas 25 cm.
  1. Sengon dengan diameter 25 – 29 cm = ± Rp 1.200.000
  2. Sengon dengan diameter 30 – 39 cm = ± Rp 1.300.000
  3. Sengon dengan diameter 40 – 49 cm = ± Rp 1.400.000
  4. Sengon dengan diameter lebih dari 50 cm dihargai mulai Rp 1.500.000
Demikian perkiraan analisa usaha budidaya sengon yang cukup menarik. Semoga bisa bermanfaat bagi kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar