Sabtu, 16 Oktober 2021

Perkebunan Kelapa

Kelapa




      Komoditas kelapa mengalami kejayaan dengan produk utamanya berbentuk kopra pada periode 1960-1970an, pada masa itu usaha kopra dirasakan sebagai usaha yang sangat menguntungkan. Sejak periode 1980-2010, peran kelapa sebagai sumber bahan baku minyak goreng makin tergeser oleh komoditas kelapa sawit.  Periode bulan Februari-April 2011, harga kopra makin membaik yakni Rp7500-11.000/kg, diharapkan harga kopra sebesar Rp7500/kg, akan bertahan untuk jangka waktu yang lama.

       Industri kelapa yang sudah eksis sekarang ini perlu dipertahankan dan dikembangkan, sedangkan industri kelapa yang belum optimal patut mendapat perhatian yang serius dari semua pihak terkait untuk ditingkatkan kapasitas olah dan perluasan pasar, agar potensi bahan baku yang tersedia dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang peningkatan nilai tambah komoditas kelapa, peningkatan nilai ekspor dan perbaikan pendapatan masyarakat perkelapaan.

       Upaya pengembangan pemasaran dilakukan terhadap pasar dalam negeri dan pasar luar negeri.  Berdasarkan kondisi pemasaran produk kelapa dan peluang nilai tambah dari produk yang akan dikembangkan dominan pasar lokal/domestik yakni produk  buah kelapa muda, koktail kelapa, selei kelapa, suplemen makanan bayi, tepung ampas kelapa, minuman ringan, nata de coco, kecap air kelapa, minyak kelapa murni, arang tempurung, asap cair tempurung, arang briket, kayu kelapa, biodiesel dan pupuk organik limbah kelapa. Sedangkan yang dominan pasar ekspor antara lain kopra, kopra putih, minyak kelapa kasar, arang aktif,  dan serat sabut.

      Neraca ekspor komoditas kelapa selang tahun 2005-2009 mengalami peningkatan dari $ 509,7 juta menjadi 856,7 rata-rata 22,3 %/tahun. Keadaan ini menunjukkan bahwa produksi kelapa masyarakat telah memberikan konstribusi bagi penerimaan devisa negara  yang dapat diandalkan (Anonim, 2010). Pada Temu Bisnis Perkelapan Konperensi Nasional Kelapa VII di Manado Tahun 2010, bahwa penentuan harga kelapa (kopra, kelapa butiran) sebagai bahan baku industri dapat mencontohi penetapan harga kelapa sawit yang ditetapkan per minggu.  Penetapan ini dilakukan atas kesepakatan antara petani, asosiasi petani, pabrikan/ pengusaha dan pemerintah. Secara historis harga kopra sejak tahun 1950-1967 adalah 1 kg kopra setara dengan 1 kg. beras Nilon atau Milled Rice Long Grain (sekarang sama dengan beras Super Win), yang harganya Rp. 7500-8000/kg (Lay, 2002).

Klasifikasi Alami

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Klas : Monocotyledoneae

Ordo : Palmales

Famili : Palmae

Genus : Cocos

Spesies Cocos nucifera L.

         Ada dua pendapat yang mengatakan tentang asal tanaman kelapa. Pendapat pertama menyebutkan bahwa tanaman kelapa berasal dari Amerika Tengah. Alasannya di daerah tersebut lebih banyak ditemukan spesies tanaman kelapa daripada di tempat lain. Sementara itu, pendapat lain mengungkapkan bahwa kelapa berasal dari Asia Tenggara.

       Tanaman kelapa banyak sekali manfaatnya dari pohon sampai buahnya. Kelapa merupakan tumbuhan yang sangat digunakan oleh manusia terutama buahnya yaitu sebagai bumbu dan bahan masakan. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakat pesisir. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini. Dikenal dua jenis kelapa yaitu kelapa genjah dan kelapa dalam.

Karakter Morfologi

Akar

Pohon kelapa berakar serabut lebat, mencapai 4.000 – 7.000 helai pada pohon yang telah dewasa. Banyak sedikitnya perakaran tergantung pada keadaan pertumbuhan tanaman dan kesuburan tanah. Sebagian akar serabut tumbuh mendatar dekat permukaan tanah, kadang-kadang mencapai panjang 10-15 meter. Sebagian lainnya tumbuh ke dalam tanah sampai 3-5 meter, tetapi tidak mampu menembus lapisan yang keras. Demikian juga jika ujung akar sampai pada permukaan air tanah, bagian ujung berhenti memanjang.

Akar serabut berukuran tebal rata-rata 1 cm. Pada bagian ujungnya tidak terdapat akar-akar rambut. Fungsi akar rambut digantikan oleh bagian akar berdinding lunak seperti gelembung-gelembung yang keluar pada permukaan akar yang terletak di belakang tudung akar. Bagian ini berwarna muda panjangnya rata-rata 5 cm, dan berfungsi mengabsorpsi unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Dari permukaan akar tumbuh juga bagian-bagian berwarna putih yang berfungsi mengatur pernafasan akar (pneumatophora).

Diantara akar-akar yang hidup terdapat pula akar-akar yang mati. Karena sebagian besar dari perakaran kelapa merupakan akar yang tumbuh mendatar, maka kalau pohon tumbuh pada tempat yang tanahnya terlalu gembur, batangnya mudah tumbang. Tetapi pada umumnya sistem perakaran yang dimiliki pohon kelapa menjamin untuk tidak terjadinya kerubuhan tanaman. Bagian-bagian pangkal batang mudah mengeluarkan akar-akar adventif, yang bila masuk ke dalam tanah akan berfungsi sebagai akar biasa. Akar-akar adventif ini kadang-kadang tumbuh keluar dari bagian batang bekas luka.

Batang
Pohon kelapa hanya mempunyai satu titik tumbuh terletak pada ujung dari batang, sehingga tumbuhnya batang selalu mengarah ke atas. Pohon kelapa tidak berkambium, sehingga tidak memiliki pertumbuhan sekunder. Luka-luka yang terjadi pada batang tidak dapat pulih kembali karena pohon tidak membentuk kalus.

Batang berangsur-angsur memanjang. Di sebelah ujung berturut-turut tumbuh daun-daun yang berukuran besar dan lebar. Pada tingkatan pertumbuhan tertentu, dari ketiak-ketiak daun secara berangsur-angsur keluar karangan bunga. Bagian batang yang sebenarnya dari pohon yang masih muda baru kelihatan jelas kalau pohon telah berumur 3 – 4 tahun, bilamana daun-daun terbawah telah gugur. Pada umur itu, bagian pangkal batang telah mencapai ukuran besar dan tebal yang tetap. Ukuran garis tengah batang antara 30-40 cm. Pada kelapa dalam pangkal batangnya berukuran sampai dua kali lebih besar. Pada kelapa genjah yang masih murni, ukuran batang di bagian pangkal, tengah dan ujung hampir sama semuanya.

Tinggi pohon dapat mencapai 30 meter, tergantung varietasnya. Gerak tumbuhnya pada waktu umurnya masih muda cepat, tetapi tergantung pada keadaan lingkungan pertumbuhannya, seperti keadaan tanah, iklim, gangguan hama penyakit dan lain-lain. Cepat lambatnya pertumbuhan pohon dapat dilihat pada letak bekas-bekas pangkal pelepah daun pada batang. Rata-rata dalam satu tahun terbentuk 12 lembar daun. Bekas-bekas pelepah pada pangkal batang umumnya jarang-jarang, tetapi menuju ke ujung makin rapat. Umur tanaman dapat diketahui dengan menghitung bekas-bekas pelepah pada batang.

Dari potongan melintang dari batang, di bagian luar nampak adanya berkas-berkas pembuluh yang jumlahnya banyak sekali, berangsur-angsur menuju ke sebelah dalam jumlahnya makin berkurang. Di sebelah luar berkas-berkas pembuluh ini berkumpul dan bersambung dengan berkas-berkas pembuluh dari tangkai daun.

Daun
Pada biji yang baru tumbuh, mula-mula terbentuk 4-6 helai daun tersusun satu membalut yang lain sehingga merupakan selubung dan runcing sebelah ujungnya. Susunan demikian perlu untuk memudahkan menembus lapisan sabut di sebelah pangkal buah. Setelah itu menyusul secara berturut-turut 4-6 lembar daun yang berukuran lebih besar daripada daun-daun yang dibentuk pertama kali, dan sudah disusun terlepas satu dengan lainnya, tetapi helai daunnya belum menyirip. Kemudian daun-daun lainnya menyusul terbentuk berturut-turut, ukurannya bertambah besar. Pangkal-pangkal daun membungkus bagian pangkal batang, membentuk batang palsu. Daun-daun tadi berangsur-angsur bertambah menyirip, dimulai dari sebelah pangkal helai daun menuju ke ujung.

Untuk sementara titik tumbuh yang diselubungi daun-daun itu tidak lagi tumbuh memanjang, melainkan melebar, dengan demikian bagian pangkal dari pohon yang masih muda itu memperlihatkan pertumbuhan membesar, sehingga bagian pangkal itu kelihatan terus bertambah tebal. Pertumbuhan demikian berlangsung sampai umur 4 tahun. Sesudah itu pangkal batang tidak tumbuh menebal lagi melainkan memanjang dan bagian batang yang sebenarnya mulai kelihatan.

Ukuran daun rata-rata mencapai 6-7 meter. Sirip atau anak daun berukuran panjang rata-rata 1-1½ meter. Luas permukaan daun rata-rata 7-8 meter persegi. Jumlah daun yang terbentuk dan gugur setiap tahun jumlahnya ± sama, sekitar 12-15 lembar. Pohon dewasa memiliki 30-40 daun pada mahkotanya.

Daun duduk melingkari batang dengan batang daun mengumpul pada batang. Bagian-bagian daun adalah :

  • Tangkai/pelepah daun, yang bagian pangkalnya melebar
  • Tulang/poros daun dan helai daun yang menyirip berjumlah 100-130 lembar

Bunga

Pohon kelapa akan berbunga apabila telah mencapai tingkat umur tertentu (untuk kelapa dalam berukur 4-5 tahun), karangan bunga berturut-turut tumbuh keluar dari ketiak daun. Karangan bunga kelapa disebut mayang atau manggar. Karangan bunga di bagian luarnya diselubungi oleh kulit manger yang disebut mancung (spatha). Panjang mancung rata-rata 80-90 cm. Karangan bunga terdiri dari induk tangkai bunga dan bercabang-cabang sebanyak 30-40 helai.

      Kelapa adalah tanaman berumah satu. Pada pangkal cabang-cabang tumbuh bunga-bunga betina, kemudian menyusul bunga –bunga jantan sampai ke ujung tangkai. Bunga betina maupun bunga jantan letaknya melekat pada cabang. Bunga-bunga tersebut tidak bertangkai. Pada tiap cabang terdapat 1-2 kuntum bunga betina. Jumlah bunga jantan banyak sekali, pada tiap cabang terdapat ± 200 bunga, sehingga pada tiap manggar terdapat sekitar 8.000-10.000 kuntum bunga jantan. Sedangkan jumlah bunga betina hanya 20-50 buah, pada pohon-pohon yang masih muda sering kali belum terdapat bunga betina.

     Selama dua hari setelah manggar membuka, bunga-bunga jantan berangsur-angsur menjadi dewasa, membuka, dan gerak ini dimulai dari bagian ujung tiap cabang menuju ke pangkal. Adapun gerak pertumbuhan bunga betina, untuk tiap manggar berlangsung selama 29 hari. Setelah itu bunga-bunga betina berangsur-angsur membuka menjadi dewasa, yang berlangsung selama ± 7 hari. Dengan tidak bersamaan dewasanya bunga jantan dan bunga betina, maka pada penyerbukan, bunga betina tidak mendapat tepung sari dari bunga jantan dan bunga betina lebih bersamaan,  sehingga memungkinkan terjadinya penyerbukan sendiri. Bagian-bagian dari bunga kelapa:

  • Bunga jantan : tiga helai kelopak bunga berukuran 3-5 mm; tiga helai daun mahkota berukuran ±15 mm; enam helai benang sari; satu putik rudimeter dengan kepala putih bersirip tiga lembar. Di antara sirip-sirip tedapat zat madu/nectar
  • Bunga betina : berukuran lebih besar dari bunga jantan sekitar 3 cm. Kelopak bunga tebal dan lebar, membungkus hampir seluruh bagian-bagian lainnya. Pada bagian ujung masih nampak keluar sedikit bagian ujung dari daun mahkota bunga. Putik tidak bertangkai, tetapi sisa-sisa dari benang sari masih tampak dan tersusun seperti gelembung-gelembung, banyaknya enam buah. Dasar buah terdiri atas tiga ruangan dan pada tiap ruangan terdapat satu bakal biji. Dari tiga bakal biji ini hanya satu saja yang kelak dapat tumbuh terus menjadi biji yang normal. Penyerbukan bunga berlangsung dengan perantaraan serangga.

Buah


       Tiga sampai empat minggu setelah manggar membuka, bunga betina telah dibuahi dan mulai tumbuh menjadi buah. Dari jumlah buah yang terbentuk, ½ – ¾-nya secara berangsur-angsur rontok karena pohon tidak sanggup membesarkan buah tadi. Rontoknya buah-buah muda ini berlangsung selama dua bulan, dan sisanya akan tumbuh sampai tua. Pertumbuhan buah melalui tiga fase, yaitu :

  • Fase pertama : Berlangsung selama 4-6 bulan. Pada fase ini bagian tempurung dan sabut hanya membesar dan masih lunak. Lubang embrio juga ikut membesar dan berisi penuh air.
  • Fase kedua : Berlangsung selama 2-3 bulan. Pada fase ini bagian tempurung berangsur-angsur tebal, tetapi belum keras betul.
  • Fase ketiga : Pada fase ini, putih lembaga atau endosperm sedang dalam penyusunan. Penyusunan dimulai dari pangkal buah berangsur-angsur menuju ke ujung. Pada bagian pangkal mulai tampak terbentuknya lembaga. Warna tempurung berubah dari putih menjadi coklat kehitaman dan bertambah keras.

Daging buah, yang terdiri atas 3 bagian yaitu :

  • Epicarp,  yaitu kulit bagian luar yang permukaannya licin, agak keras dan tebalnya ½ 1/7mm.
  • Mesocarp, yaitu kulit bagian tengah yang disebut sabut. Bagian ini terdiri dari serat-serat yang keras tebalnya 3-5 cm.
  • Endocarp, yaitu bagian tempurung yang keras sekali. Tebalnya 3-6 mm. Bagian dalam melekat pada kulit luar dari biji/endosperm.
  • Putih lembaga atau endosperm yang tebalnya 8-10mm

         Buah yang telah tua bobotnya terdiri dari 35% sabut, 12% tempurung, 28% endosperm dan 25% air. Sedangkan endosperm mengandung: 52% air, 34% minyak, 3% protein, 1,5% zat gula dan 1% abu. Adapun air kelapa mengandung 2% gula, 4% zat kering dan zat abu.

Syarat Tumbuh

Iklim

        Kelapa dapat tumbuh di daerah tropis, dan tumbuh baik pada iklim panas yang lembab. Pusat-pusat perkebunan kelapa yang penting terletak pada zone antara 15ºLU dan 15ºLS. Di luar zone ini hanya terdapat pohon-pohon kelapa yang tidak mampu menghasilkan buah (Florida, Los Angeles, Portugal). Meskipun kelapa dapat tumbuh pada keadaan iklim yang luas cakupannya, untuk pertumbuhan yang optimal dan tercapainya produktivitas yang baik, kelapa menghendaki persyaratan lingkungan tertentu, menyangkut elevasi, suhu, curah hujan, sinar matahari dan derajat lengas.

Elevasi

       Kelapa tumbuh baik mulai pesisir sampai 600-700 meter di atas permukaan laut. Perkebunan-perkebunan rakyat banyak dijumpai sampai ketinggian 900 m di atas permukaan laut, tetapi pertumbuhan dan berbuahnya lambat dan hasilnya rendah.

Suhu

       Suhu optimum bagi kelapa adalah yang rata-rata tahunannya 27ºC dengan fluktuasi 6-7ºC. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan tanaman muda yang sedang tumbuh berkembang menjadi kering dan mengakibatkan berkurangnya buah, tapi Pada masa pertumbuhan vegetatif, tanaman kelapa menghendaki suhu minimal 21oC, dimana dibawah suhu tersebut pertumbuhan tanaman kelapa menjadi tidak baik.

Kelembaban Udara

       Pada umumnya, tanaman kelapa membutuhkan iklim yang panas dan lembab. Walaupun demikian kelembaban udara yang terlalu tinggi akan berpengaruh buruk bagi tanaman, begitu juga dengan kelembaban yang terlalu rendah. Kelapa akan tumbuh dengan baik pada kelembaban bulanan rata-rata 70-80%, dengan kelembaban minimal 65%. Bila kelembaban udara sangat rendah, evapotranspirasi tinggi, tanaman akan kekeringan yang berakibat buah jatuh lebih awal (sebelum masak), tetapi bila kelembaban udara terlalu tinggi menimbulkan hama dan penyakit.

Curah Hujan

       Kelapa tumbuh optimal pada daerah dengan curah hujan antara 1800-2000 mm per tahun bahkan sampai 3800, yang jatuh tersebar merata sepanjang tahun selama tanah mempunyai drainase yang baik. Pertumbuhan kelapa di daerah pantai pada umumnya baik meskipun curah hujannya lebih rendah daripada batas minimum. Hal ini disebabkan karena pada daerah itu, dibawah permukaan tanah terdapat air yang cukup, berasal dari daerah yang letaknya jauh dari pantai. Pada daerah yang demikian adanya dan banyaknya air tanah merupakan faktor yang lebih menentukan daripada ukuran curah hujan.

Sinar Matahari

       Tanaman kelapa menghendaki intensitas sinar matahari yang tinggi dengan jumlah penyinaran tidak kurang dari 2.000 jam per tahun atau 120 jam/bulan. Tanaman yang berada di bawah naungan di tempat terlindung kurang baik pertumbuhannya. Lingkungan yang terbuka dapat memberikan pertumbuhan yang baik, dan sebaliknya.

Derajat Lengas

       Untuk pertumbuhan yang dengan hasil tinggi, tanaman kelapa membutuhkan kelembaban udara antara 60-80%. Walaupun demikian, derajat lengas yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak baik, yaitu:


  1. Mengurangi penguapan (transpirasi) yang berakibat menurunnya kemampuan pengambilan (up-take) unsure-unsur hara, sehingga dapat mengurangi jumlah buah.
  2. Menyebabkan berkembang dan menyebarnya penyakit cendawan yang berbahaya,misalnya bud rot, dll.

Tanah

       Dari faktor tanah sebagai media tanam, jenis tanah, pH, ketersediaan air, serta kemiringan lahan mempengaruhi pertumbuhannya. Karena tanaman kelapa memiliki jenis akar serabut, maka jenis tanah yang paling sesuai untuk pertumbuhannya adalah tanah yang gembur atau berpasir supaya peresapan air serta tata udara berlangsung dengan baik. Selain itu tanaman kelapa juga memerlukan jenis tanah yang subur yang banyak mengandung unsur hara. Beberapa jenis tanah yang cocok untuk perkebunan kelapa antara lain tanah aluvial, laterit, vulkanis, berpasir, ataupun tanah liat. Beberapa persyaratan sifat fisik tanah yang cocok untuk tanaman kelapa adalah sebagai berikut :

  1. Struktur tanah baik (granuler atau remah) dengan tata udara yang baik,
  2. Peresapan air baik,
  3. Permukaan air tanah cukup dalam sehingga dapat memenuhi kebutuhan bagi perakaran tanaman kelapa, tapi tidak menimbulkan hambatan bagi aerasi udara dalam tanah,
  4. Keadaan air tanah selalu bergerak (tidak menggenang),
  5. Tekstur tanah berpasir paling cocok bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa,
  6. Solum (tubuh) tanah dalam sehingga dapat memberikan kesempatan pada akar untuk tumbuh dengan bebas,
  7. Tidak terdapat lapisan padas yang menghalangi pertumbuhan akar,
  8. Tanah memiliki kandungan bahan organik dalam jumlah yang cukup.
  9. Rentang pH yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa adalah pH 5-8, adapun pH optimumnya adalah pH 5,5-6,5. Tanaman kelapa membutuhkan lahan yang datar (0-3%). Pohon-pohon kelapa yang tumbuh pada tempat-tempat yang berdekatan dengan air yang bergerak seperti di tepi-tepi sungai, dekat pantai, umumnya pertumbuhannya baik. Hal ini disebabkan karena air yang bergerak mengandung banyak oksigen yang baik untuk pernafasan akar.

Lokasi Penanaman

          Lokasi budidaya tanaman kelapa dapat berupa tanah pekarangan, tanah rejuvenasi, tanah konversi, tanah asal hutan, maupun tanah bekas alang-alang. Kelima lokasi tanah tersebut pada prinsipnya hanya terdiri atas dua jenis lahan, yaitu tanah bukaan baru dan tanah bukaan kembali kebun-kebun yang sudah tua umurnya. Hal hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan kebun kelapa baik kebun bukaan baru maupun kebun bukaan kembali antara lain ketersediaan humus dalam tanah, keadaan air tanah, kebersihan lahan, serta perencanaan tata letak kebun. Persediaan humus harus diusahakan agar tidak berkurang, air tanah diatur dengan membuat saluran air (drainase), permukaan lahan dibersihkan hingga benarbenar bersih, bebas dari sisa-sisa tunggul dan bagian tanaman agar tidak menjadi sarang rayap. Perencanaan mengenai letak-letak bagian kebun, jalan pengangkutan dan pabrik harus dilakukan sebaik-baiknya sehingga efisiensi pekerjaan di kebun dapat tercapai.

Perkebunan sayur

Budidaya Tanaman Sayuran: Tahapan, Manfaat & Peluang Usaha

 


sumedangkab.go.id


            Apakah Anda suka menanam atau mengonsumsi sayuran? Tepat sekali, sayuran adalah bahan pagang yang sangat dibutuhkan oleh manusia untuk asupan konsumsi. Oleh sebab itu persediaan sayuran perlu diperhatikan agar tidak mengalami kekurangan asupan sayur yang kaya akan gizi dan vitamin. Kebutuhan pangan tersebutlah yang membuat budidaya sayuran memiliki peluang bisnis yang besar.

     Berikut ini pembahasan tentang budidaya sayuran, mulai dari pengertian, jenis, sarana, bahan, manfaat

Apa itu Budi Daya Sayuran?


              Budidaya sayuran adalah suatu istilah yang berhubungan dengan suatu proses memperbanyak sumber daya hayati, dalam hal ini adalah sayur-sayuran dalam bidang perkebunan. Budidaya sayuran sering dijadikan ladang bisnis untuk meraup keuntungan yang melimpah karena peluangnya yang besar.


     Di Indonesia sendiri sudah banyak budidaya sayuran yang dilakukan masyarakat dengan berbagai macam jenis budidaya dan sistem pemasaran. Salah satunya yang sedang populer saat ini adalah Anda bisa membeli sayur secara online di aplikasi atau toko sayur online.


          Selain dijual sendiri, hasil budidaya sayuran juga bisa disalurkan lagi ke penjual lain untuk diolah dan dijadikan produk tertentu dalam jumlah yang banyak. Selain itu kegiatan budidaya juga dinilai efektif untuk menjaga kelangsungan hidup sayur-sayuran untuk memenuhi gizi dan nutrisi masyarakat banyak dengan menghasilkan sayuran dalam jumlah besar.

       Dari hal ini maka budidaya sayuran harus dilakukan dengan cara yang benar dan tepat agar tidak menimbulkan kerugian tertentu, misalnya masalah lingkungan dan sebagainya.

        Budidaya sayuran ini dilakukan dengan tujuan utama  untuk mendapatkan produk produk bahan pangan dengan cara menggunakan sumber daya tanaman yang sebelumnya sudah ditanam.

        Hasil produk dari budidaya sayuran biasanya mengutamakan jenis-jenis tanaman yang bisa dikonsumsi. Misalnya sayur bayam, sayur kangkung, selada, kol, seledri, tomat, cabai, terong, dan jenis sayuran lainnya.

       Tujuan lain yang bisa dijadikan patokan dalam budidaya sayuran adalah menciptakan lapangan kerja yang lebih besar, memperoleh penghasilan yang besar, mengembangkan potensi sayuran agar konsumen lebih mengenal tanaman pangan dari berbagai daerah dan jenis. Sehingga mampu melakukan bisnis dengan baik dan melakukan pengembangan pertumbuhan sayuran.

       Selain itu, tujuan budidaya sayuran juga dapat mempromosikan eksistensi dan juga peluang bisnis yang besar. Budidaya sayuran juga dapat meningkatkan perlindungan sayuran, menjaga dan kedaulatan dan keamanan pangan serta menyediakan kebutuhan bahan baku. Jadi budidaya sayuran ini merupakan proses yang dilakukan secara terencana untuk mencapai berbagai tujuan pengembangan bahan sayuran untuk masyarakat banyak.

        Jika kalian ingin mencoba untuk menerapkan budi daya sayuran, khususnya sayuran organik. Buku ini adalah pilihan yang tepat. Buku ini akan menjadi panduan kalian dalam budi daya sayuran organik. Di dalamnya memuat tahapan membuat mikroorganisme lokal yang dibutuhkan dalam proses pengomposan dan pestisida nabati. Tak hanya itu, cara pembuatan pupuk organik cair dan padat juga dijelaskan di buku ini. Lengkap banget kan?


Jenis Tanaman Sayuran untuk Peluang Usaha BudiDaya Sayuran

2. Sayuran Bayam

        Sayuran bayam menjadi jenis tanaman yang cocok dibudidayakan karena proses penanamannya dan pemeliharaannya tidak terlalu sulit dan banyak diminati konsumen.


3. Sayuran Arugula

       Sayur arugula biasanya digunakan sebagai bahan salad yang sehat dan segar. Grameds bisa mencoba budidaya sayur jenis ini karena banyak dibutuhkan orang.


4. Sayuran Terong

       Banyak orang yang suka mengkonsumsi sayuran yang satu ini. Grameds bisa mencoba budidaya terung atau terong karena proses budidaya yang mudah bahkan bisa dilakukan di pekarangan rumah.

5. Sayuran Sawi

      Sayuran sawi adalah sayuran sehat yang banyak diburu konsumen. Itulah sebabnya budidaya sayuran sawi bisa jadi peluang bisnis yang tinggi.

6. Sayuran Daun Bawang

      Budidaya Daun bawang tidak begitu sulit dan ribet, bahkan proses pamannya pun tidak lama. Permintaan pasar pada jenis sayur ini juga tinggi jadi Grameds bisa mencoba budidaya sayuran yang satu ini.


7. Sayuran Tomat

       Tomat adalah sayuran sehat yang juga banyak diburu konsumen. Budidaya sayuran tomat bisa jadi pilihan masa panen yang tidak terlalu lama.


8. Sayuran Wortel

     Sayuran sehat berikutnya adalah wortel yang jadi asupan sehat di berbagai jenis makanan. Wortel jadi sayuran favorit untuk kebutuhan gizi dan nutrisi manusia.


9. Sayuran Selada

    Selada biasa digunakan untuk bahan salad atau lalapan di berbagai macam hidangan. Sayuran ini biasaya menjadi penyeimbangang makanan agar tetap sehat dengan mengkonsumsi sayur yang segar dan bergizi.


10. Sayuran Mentimun

     Selain selada, Timun juga banyak digunakan sebagai lalapan atau bahan acar favorit konsumen. Cara budidaya timun juga tidak sulit dan memiliki masa panen yang cepat.


11. Sayuran Kangkung

     Sayuran hijau yang juga jadi favorit konsumen adalah kangkung. Proses budidaya kangkung juga tidak sulit dan memiliki masa panen yang cepat sehingga bisa menghasilkan sayuran dalam jumlah banyak dalam sekali panen.

Budidaya Sayuran Lokal

      Buku ini akan sangat cocok bagi kalian para pecinta ataupun penikmat pertanian. Di dalamnya memuat pembahasan mengenai 15 jenis sayuran lokal yang dapat dijadikan peluang usaha atau bisnis, loh. Meski budi daya dilakukan di lahan sempit pun, akan tetap menjadi kegiatan yang menyehatkan dan menghasilkan.

Sarana dalam BudiDaya Tanaman Sayuran

         Setelah mengetahui jenis-jenis tanaman sayuran yang bisa dibudidayakan, maka Grameds juga perlu mengetahui sarana apa saja yang perlu diperhatikan untuk budidaya sayuran. Sarana ini perlu Grameds perhatikan agar budidaya sayuran bisa berjalan baik dan menghasilkan sayuran yang yang berkualitas dan melimpah. Berikut ini saran bahan yang perlu Grameds siapkan jika ingin melakukan budidaya sayuran:

1) Benih dan Bibit

      Benih dan bibit memiliki bentuk yang berbeda sehingga kategorinya pun berbeda. Benih masih berbentuk biji sedangkan bibit sudah berbentuk tanaman yang ukurannya masih sangat kecil untuk siap tanam. Agar budidaya sayuran dapat berkembang banyak dan berkualitas harus berasal dari benih atau bibit dengan kualitas tinggi pula.

       Kualitas benih dan bibit dapat dilihat dari mutu genetik, fisik, dan fisiologisnya serta berasal dari varietas unggul, yakni tumbuh besar, murni, tidak mengandung kotoran, tidak tercemar hama atau penyakit. Benih yang terjamin berkualitas adalah benih yang sudah bersertifikat.

2) Pupuk

       Pupuk berfungsi untuk menambah dan melengkapi kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanah agar lebih subur dan maksimal. Jenis pupuk bermacam-macam, yakni pupuk organik yang bisa berasal dari pupuk kandang atau hijau dan pupuk anorganik seperti NPK, Urea, KCL, dan ZA.

3) Media Tanam

        Media tanam perlu diperhatikan karena sangat penting untuk tempat tumbuhnya tanaman sayur tersebut. Selain itu Grameds juga perlu menyesuaikan media tanam dengan jenis tanaman sayuran yang akan dibudidayakan agar hasilnya maksimal.

       Jika umumnya media tanam adalah tanah, namun ada beberapa jenis media tanam yang bisa dipertimbangkan untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman. Berikut ini jenis media tanam yang perlu Grameds ketahui untuk menyesuaikan dengan jenis tanaman yang tepat untuk dibudidayakan.

Media Tanam Bahan Organik


  1. Arang Sekam
  2. Kompos
  3. Serabut Kelapa

Media Tanam Bahan Anorganik 

  1. Gel
  2. Pasir
  3. Pecahan Batu Bata
  4. Spons
  5. Vermikulit dan Perlit

4) Pestisida

       Pestisida yang digunakan untuk budidaya sayuran berfungsi untuk mengendalikan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang bisa mengurangi kualitas pertumbuhan tanaman sayur. Jenis pestisida dapat berupa pestisida alami maupun buatan. Pestisida alami biasanya dibuat dari tanaman seperti daun mimba yang bisa berfungsi melindungi tanaman dari serangan OPT.


5) Peralatan Produksi BudiDaya Tanaman Sayuran

         Untuk melakukan aktivitas budidaya sayuran Grameds tentu membutuhkan peralatan untuk menunjang proses budidaya. peralatan ini berfungsi untuk mempermudah pengerjaan dan pemaksimalan pertumbuhan tanaman sayur. Berikut ini alat-alat yang perlu Grameds siapkan untuk melakukan budidaya sayur agar lebih maksimal:


  1. Alat Pengolah Tanah, yaitu Sekop, Cangkul, dan Garpu
  2. Alat Pemeliharaan Tanaman, yaitu Kored, Gembor, dan Sprayer atau alat penyiram

        Panduan Lengkap dan Praktis Budidaya Sayuran yang Paling Menguntungkan. Untuk memudahkan kalian dalam budi daya sayuran, buku ini akan memberikan panduan secara lengkap juga praktis dan terbukti sukses. Dengan begitu, kalian akan secara autodidak dengan mudah mempraktikkannya hingga sukses berpeluang usaha budi daya sayuran.

Tahapan Budi Daya Sayuran

      Setelah memilih jenis tanaman dan mempersiapkan bahan untuk budidaya sayuran, maka waktunya untuk melakukan eksekusi. Agar budidaya sayuran berjalan lancar dan menghasilkan banyak sayuran berkualitas maka Grameds perlu melakukan tahapan budidaya yang tepat. Berikut ini tahapan budidaya sayuran yang tepat dan benar agar budidaya menghasilkan banyak sayuran yang berkualitas:


1. Pembibitan

        Tahapan pertama yang perlu Grameds perhatikan adalah proses pembibitan atau memilih bibit yang tepat untuk dibudidayakan. Syarat benih  yang baik adalah bersih dari benda asing, memiliki bentuk kecambah minimal berukuran 80%. Benih juga perlu diperlakukan dengan baik sebelum disemai agar menghasilkan bibit yang berkualitas.

Contoh cara melakukan semai yang baik adalah merendam dengan air, atau bisa langsung disemai dengan ditanam di lahan. Masa pembibitan perlu pengairan yang cukup, pemupukan, dan pengendalian OPT agar menghasilkan bibit yang berkualitas. Selain itu perlu diperhatikan cara pemindahan bibit yang benar karena cara yang ceroboh dapat merusak kualitas bibit dari akar tanaman.


2. Pengolahan Tanah atau Persiapan Media Tanam

           Tahap selanjutnya adalah mempersiapkan media tanam, yakni mengolah tanah sebagai lahan budidaya sayuran. Caranya tanah digemburkan dan diberi treatment khusus agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman sehingga bisa memaksimalkan sayuran tubuh dengan baik.

3. Penanaman

        Tahapan penting berikutnya adalah proses penanaman yang bisa Grameds lakukan dengan cara penyemaian atau tanpa penyemaian. Cara menanam yang baik dapat dilakukan dengan cara memperhatikan jarak tanam setiap benih atau bibit agar tanaman bisa tumbuh dengan baik karena ruang tumbuh yang seragam dan mudah disiangi. Selain itu menanam bibit juga dilakukan dalam larikan atau dalam bedengan.

4. Pemeliharaan

         Setelah berhasil ditanam, maka Grameds perlu merawat dan memelihara bibit tanaman tersebut agar tumbuh secara maksimal. Berikut ini cara yang benar untuk merawat dan memelihara sayuran agar budidaya sayuran berjalan baik dan menghasilkan bahan sayuran berkualitas:


  1. Menyiram tanaman agar kelembaban tanah tetap terjaga
  2. Melakukan penyulaman jika ada bibit yang mati atau tumbuh tidak normal
  3. Melakukan penyiangan untuk mengendalikan hama, gulma dan penyakit tanaman
  4. Melakukan pembumbunan dengan cara mengumpulkan tanah pada barisan tanaman untuk membentuk gundukan
  5. Memeriksa dan mengendalikan OPT dengan pembasmi yang tepat dan dosis yang sesuai
  6. Memasang ajir atau turus untuk tanaman sayur merambat atau berbatang lemah agar tetap tumbuh dengan maksimal.

5. Pemanenan

        Setelah proses perawatan dan pemeliharaan berhasil dilakukan maka waktunya untuk panen. Tahapan pemanenan perlu dilakukan pada waktu yang tepat agar bisa menghasilkan produk bahan sayuran yang berkualitas.

        Untuk memilih waktu yang tepat, Grameds bisa melihat ciri-ciri dan umur tanaman yang sudah siap dipanen. Agar bisa menghasilkan produk bahan yang baik bisa melakukan panen secara manual dan kehati-hatian agar sayur tetap berkualitas hingga sampai ke tangan konsumen.

6. Pasca Panen

         Setelah tahapan panen selesai belum berarti semua beres. Grameds perlu memperhatikan tahapan pasca panen agar tetap menjaga kualitas bahan sayuran. Hal ini perlu dilakukan karena tanaman sayuran ini memiliki kadar air tinggi dan akan mudah rusak atau busuk. Cara yang bisa dilakukan pada tahap pasca panen untuk menjaga sayuran tetap berkualitas adalah sebagai berikut:

        Mengumpulkan hasil panen sesuai jenis tanaman

        Melakukan penyortiran dan golongan berdasarkan ukuran, umur tanaman, dan produk-produk mana yang rusak

         Menyimpan hasil panen dengan cara yang tepat, yakni ditempat yang bersih dengan kadar air yang cukup

Bertanam Hidroponik untuk Pemula

       Ingin memulai menanam sayuran, tetapi lahan terbatas? Belum lagi daerah yang kurang subur akan memperlambat proses penanaman . Jangan khawatir, sesuai pula dengan judulnya, hidroponik sebagai langkah alternatif pertanian pada lahan terbatas dan daerah yang kurang subur serta dengan tujuan komersial. Terlebih di dalam buku ini dijelaskan segala sesuatu terkait hidroponik, bahkan dari yang paling dasar sekalipun. Dengan begitu, kalian akan semakin tertarik dan bersemangat untuk menanam sayuran hidroponik. Selamat mencoba!

Berikut ini manfaat budidaya sayuran yang dirasakan bagi pelaku bisnis budidaya sayuran ataupun konsumen:

       Memperoleh keuntungan baik dari segi ekonomis maupun konsumsi untuk bahan pangan orang banyak. Dapat meningkatkan kualitas hidup karena terus memproduksi bahan sayuran yang berkualitas dalam jumlah yang banyak

       Dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena budidaya sayuran menciptakan lapangan pekerjaan. Menjadi metode untuk mengelola sumber daya alam dengan cara yang lebih optimal dan berkelanjutan

       Membantu menciptakan udara yang lebih berkualitas dan bersih untuk lingkungan sekitar karena keberadaan tanaman sayuran yang sehat

       Nah, itulah penjelasan tentang budidaya sayuran, mulai dari pengertian, jenis tanaman yang berpeluang untuk bisnis, sarana, tahapan, sampai manfaat yang bisa dirasakan jika melakukan budidaya sayuran dengan baik. Apakah teman-teman Grameds ada yang tertarik untuk memulai budidaya sayuran?

       Menggeluti dunia budidaya ini mungkin susah-susah gampang karena kita butuh ketekunan dan ketelatenan untuk merawat sayuran tersebut. Namun Grameds bisa memulainya dari skala kecil, misalnya menanam sayuran di pekarangan rumah untuk mengisi waktu luang. Apalagi di masa pandemi seperti ini aktivitas menanam bisa jadi cara ampuh untuk tetap produktif di rumah.

Perkebunan Kakao

Teknik Budidaya Tanaman Kakao :



1). Persiapan Lahan

     Persiapan lahan yaitu membersihkan lahan dan menggunakan tanaman penutup tanah seperti tanaman jenis polong-polongan, serta menggunakan tanaman pelindung seperti Lamtoro, Albazia, dan Gleresidae, yang mana tanaman ini ditanam setahun sebelum dilakuweskan penanaman kakao. Selanjutnya juga dilakukan pengolahan tanah biasanya dilakukan dengan cara mekanis.

2). Pembibitan

    Biji kakao yang digunakan untuk benih adalah buah bagian tengah yang masak dan sehat dari tanaman yang sudah cukup umur, kemudian dibersihkan daging buahnya menggunakan abu dan segera dikecambahkan.
    Selain menggunakanbenih biji, cara terbaik dalam budidaya kakao adalah menggunakan Bibit Sambung pucuk, karena lebih cepat dalam masa berbuah.

3). Penanaman
    Pada penanaman kakao terlebih dahulu dibuat ajir yaitu bisa dari bambu dengan tinggi tinggi 80 – 100 cm. Penanaman tanaman kakao dilakukan dengan jarak tanam 3 x 3 m, 4 x 2 m, dan 3,5 x 2,5 m dengan ukuran lubang 60 x 60 x 60 cm. Jarak tanam yang digunakan berdasarkan pada bahan tanam dan besar pohonnya. Sedangkan jarak tanam pohon pelindungnya adalah 1,5 x 1,5 m tergantung areal yang digunakan. Dalam penanaman tanaman kakao ada empat pola tanam yang biasa digunakan yaitu (1) Pola tanam kakao segi empat, dan pohon pelindung segi empat (2) pola tanam kakao segi empat dan pohon pelindung segi tiga (3) pola tanam kakao berpagar ganda dan pohon pelindung segitiga (3) pola tanam kakao berpagar ganda dan pohon pelindung segi empat.

4). Pemeliharaan

     Pemeliharaan tanaman kakao yang dilakukan adalah dengan melakukan pemangkasan, penyiangan, penyiraman, pemupukan, serta pengendalian dari hama dan penyakit.

     Pemangkasan dilakukan pada tanaman pelindung dan pada tanaman kakao. Pemangkasan pohon pelindung dilakukan supaya bisa berfungsi dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan Pemangkasan pada tanaman kakao merupakan usaha meningkatkan produksi dan mempertahankan umur ekonomis tanaman. Dengan melakukan pemangkasan, akan mencegah serangan hama dan penyakit, membentuk tajuk pohon, memelihara tanaman, dan memacu produksi.
Penyiangan dilakukan untuk membersihkan dan membuang gulma yang mengganggu tanaman kakao. 
       Sedangkan penyiraman dilakukan untuk membantu pertumbuhan kakao dan menjaga kelembapan tanah kakao. Pemupukan dilakukan dengan cara ditugal. Pemupukan yaitu dengan pemupukan menggunakan pupuk Urea, TSP, KCl, dan Kieserite (MgSO4), dosis pupuk berdasarkan umur tanaman kakao.
         Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kakao dilakukan dengan sanitasi lahan, tanaman yang terserang dipangkas dan di bakar dan juga menggunakan pestisida. 
         Hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman kakao adalah ulat kilan (Hyposidea infixaria), ulat jaran atau kuda (Dasychira inclusa), parasa lepida dan ploneta diducta(Ulat Srengenge), kutu – kutuan (Pseudococcus lilacinus), Helopeltis antonii, Cacao Mot ( Ngengat Buah), Acrocercops cranerella, penyakit busuk buah (Phytopthora palmivora), Jamur Upas (Upasia salmonicolor).

5). Panen dan Pasca panen

      Panen dilakukan dengan cara memetik buah yang masak dengan memotong tangkai buahnya dan menyisakan sepertiga bagian tangkai buah. Buah kakao yang dipetik berumur 5,5 – 6 bulan sejak berbunga, dan berwarna kuning atau merah. Buah kakao yang dipetik kemudian dimasukkan ke dalam karung kemudian dilakukan pemecahan buah untuk mengumpulkan bijinya. Dan hasilnya bisa diolah dengan melakukan fermentasi, pengeringan.

Perkebunan Kayu Sengon

ANALISA BISNIS: Budidaya Sengon



      Sengon adalah jenis kayu yang banyak dicari oleh masyarakat di Indonesia karena manfaatnya untuk bahan bangunan dan mebel sehingga jumlah kebutuhan setiap tahunnya dapat mencapai 500.000 m³. Tanaman sengon sering disebut dengan pohon albasia (termasuk rumpun Albizia Chinensis). Pohon ini dapat mencapai ketinggian 30-45 meter dengan diameter antara 70-80 cm. Sedangkan daun sengon dapat bermanfaat untuk pakan ternak karena kandungan proteinnya yang tinggi

     Di sisi lain, sengon termasuk jenis tanaman keras yang sangat bermanfaat untuk lingkungan. Dengan jangka waktu panen 5 tahun, kebun sengon dapat memberikan kontribusi pada pelestarian lingkungan seperti menahan erosi tanah, meningkatkan kemampuan tanah untuk menyerap air. Namun demikian tidak semua lahan cocok untuk budidaya sengon.  Setidaknya lahan sengon terletak di ketinggian antara 0 – 800 m dpl, meskipun dalam beberapa kasus sengon bisa tumbuh sampai ketinggian 1500 m dpl. Mereka termasuk tanaman tropis yang dapat memerlukan suhu sekitar 18–27 °C dengan kelembaban sekitar 50-75% dan curah hujan berkisar 2000 – 4000 mm.

       Tidak banyak petani yang berminat menanam sengon secara masal mengingat budidaya tanaman ini membutuhkan waktu yang lama untuk menikmati hasilnya. Biasanya para petani hanya menanam beberapa pohon di kebun yang mereka miliki. Tantangan yang dihadapi para petani dalam budidaya antara lain karat tumor/karat puru, hujan deras dan angina kencang yang dapat merusak tanaman sengon.

       Namun demikian, bagi petani yang memiliki cukup modal dan sudah memiliki sumber pendapatan lain, budidaya sengon memiliki daya tarik sendiri untuk meraih pendapatan yang lebih besar. Seberapa besar modal yang diperlukan untuk memulai budidaya sengon dan banyaknya pendapatan yang bisa diperoleh para petani, berikut perkiraan analisa usaha budidaya sengon.

Asumsi:

        Luas lahan 1 hektar, jumlah penanaman sengon 3300 pohon untuk monokultur
Tingkat kerugian/lost 20%. Dalam proses budidaya sengon, penting dilakukan penjarangan pada saat berumur 3 dan 4 tahun untuk memberikan ruang bagi tanaman sengon tumbuh. Penjarangan pada saat tanaman berumur 3 tahun dilakukan sebanyak 20% dengan menebang selang satu pohon pada tiap barisan dan lajur penanaman. Sedangkan penjarangan kedua yaitu pada saat berumur 4 tahun dilakukan sebayak 20%.

Perkiraan Penjualan

       Penjualan borongan biasanya kayu sengon dihargai berdasarkan diameternya sebagai berikut:

  1. Kayu sengon berdiameter 15 cm = Rp 300.000, dihasilkan dari 4 pohon umur 3th
  2. Kayu sengon berdiameter 20 cm = Rp 400.000, dihasilkan dari 3 pohon umur 4th
  3. Kayu sengon berdiameter 25 cm = Rp 500.000, dihasilkan dari 2 pohon umur 5th
Hasil penjualan dari 3 periode tebang:

  1. Pohon umur 3 th = ((20% x 3300 pohon) : 4) x Rp. 300.000 = Rp. 49.500.000
  2. Pohon umur 4 th = ((20% x 3300 pohon) : 3) x Rp. 400.000 = Rp. 88.000.000
  3. Pohon umur 5 th = ((60% x 3300 pohon) : 2) x Rp. 500.000 = Rp. 330.000.000
Lost 20% x Rp 467.500.000 = Rp. 93.500.000
Biaya produksi = Rp. 59.800.000
Pendapatan bersih = Rp. 314.200.000

          Hasil penjualan kayu sengon selama 5 tahun diperkirakan mencapai Rp 467.500.000. Dengan kemungkinan kerugian yang dihadapi sebesar 20% dan biaya produksi sebesar Rp 59.800.000, diperkirakan pendapatan bersih dari budidaya sengon selama 5 tahun sekitar Rp 314.000.000.

          Sebagai informasi, kayu sengon dengan diameter yang lebih besar seringkali dibeli dengan harga yang lebih tinggi. Berikut adalah daftar perkiraan harga sengon dengan diameter di atas 25 cm.
  1. Sengon dengan diameter 25 – 29 cm = ± Rp 1.200.000
  2. Sengon dengan diameter 30 – 39 cm = ± Rp 1.300.000
  3. Sengon dengan diameter 40 – 49 cm = ± Rp 1.400.000
  4. Sengon dengan diameter lebih dari 50 cm dihargai mulai Rp 1.500.000
Demikian perkiraan analisa usaha budidaya sengon yang cukup menarik. Semoga bisa bermanfaat bagi kita semua.

Perkebunan Tebu

BUDIDAYA TANAMAN TEBU 




Syarat Tumbuh

        Tebu tumbuh baik pada daerah beriklim panas tropika dan subtropika disekitar khatulistiwa sampai garis isotherm 20 derajat C, yakni kurang lebih diantara 39 derajat LU sampai 35 derajat LS.  Tanaman tebu banyak diusahakan di dataran rendah dengan musim kering yang nyata.  Tebu dapat ditanam dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1000 m di atas permukaan laut.  Di dataran tinggi yang suhu udaranya rendah, tanaman tebu lambat tumbuh dan berendemen rendah.  Di Asia Tenggara, batas maksimum elevasi untuk pertumbuhan normal tebu adalah 600 – 700 m di atas permukaan laut.  Pada elevasi yang lebih tinggi siklus pertumbuhan akan lebih panjang dari 14 – 18 bulan.

      Temperatur optimum untuk perkecambahan tebu adalah 26 - 33 derajat C dan 30 – 33 derajat C untuk pertumbuhan vegetatif.  Selama pertumbuhan tanaman sedang mengalami fase kemasakan, temperatur malam yang relatif rendah (dibawah 18 derajat C) berguna untuk pembentukan kandungan sukrosa yang tinggi.  Secara kuantitatif, tebu merupakan tanaman berhari pendek.  Rata-rata curah hujan yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal tanaman tebu adalah sekitar 1800 – 2500 mm per tahun.  Dan jika curah hujan tidak mencukupi, lahan tebu harus diberi aliran irigasi.

       Di samping itu, tebu memerlukan kesuburan dan sifat fisik tanah yang baik. Tebu dapat tumbuh baik pada berbagai macam tanah.  Namun, kondisi tanah yang dapat menunjang pertumbuhan tebu dengan baik adalah kondisi tanah yang gembur, berdrainasi baik, memiliki pH 5-8, kandungan nutrisi serta senyawa organik yang banyak, dan kemampuan menahan kapasitas air yang baik.

      Pertumbuhan terbaik bagi tanaman tebu adalah pada tanah lempung liat dengan solum yang dalam, lempung berpasir, dan lempung berdebu.  Pada tanah berat juga dapat ditanami oleh tanaman tebu, namun memerlukan pengolahan tanah yang khusus.  Beberapa kultivar tebu dapat tumbuh pada tanah yang berkadar garam relatif tinggi dan tergenang dalam waktu yang lama, terutama bila air mengalir. Pada pertumbuhannya, tebu menghendaki perbedaan nyata antara musim hujan dan kemarau (kering).  

       Selama masa pertumbuhannya tebu membutuhkan banyak air, sedangkan menjelang tebu masak untuk kemudian dipanen, tanaman tebu membutuhkan keadaan kering tidak ada hujan yang menyebabkan pertumbuhan terhenti.  Apabila hujan terus turun, maka kesempatan masak tanaman tebu terus tertunda yang mengakibatkan hasil rendemen menjadi rendah.

 Penyiapan Benih

        Benih harus dihasilkan dari kebun benih yang dikelola dengan baik dan dilakukan secara berjenjang. Benih yang dihasilkan dapat melalui perbanyakan secara konvensional (stek) dan asal kultur jaringan (laboratorium). Jenjang kebun benih tebu konvensional, meliputi Kebun Bibit Pokok Utama (KBPU), Kebun Bibit Pokok (KBP), Kebun Bibit Nenek (KBN), Kebun Bibit Induk (KBI) dan Kebun Bibit Datar (KBD). Penyediaan benih melalui konvensional membutuhkan waktu antara 30 - 40 bulan.

         Perbanyakan benih tebu melalui kultur jaringan bertujuan untuk menghasilkan benih dalam jumlah besar dan dalam waktu singkat terutama untuk varietas-varietas unggul yang baru dihasilkan. Pada tanaman tebu dari satu pucuk batang tebu umur 4 - 6 bulan mampu menghasilkan sekitar 20.000 tanaman semai dalam waktu 6 bulan. Tingkat multiplikasi kultur meristem tunas tebu dapat mencapai 200.000 kali dalam waktu 6 bulan. Sedangkan secara konvensional tingkat perbanyakan di lapangan hanya mampu memberikan tingkat perbanyakan 8 - 12 kali dalam waktu yang sama. Perbanyakan kultur jaringan dilakukan melalui laboratorium sampai aklimatisasi di lapangan (G0 sampai G2) membutuhkan waktu antara 17 - 19 bulan.

         Bibit tanaman hasil perbanyakan melalui kultur jaringan/meristem mempunyai keunggulan antara lain sehat, seragam dan secara genetik sama dengan induknya. Serangan penyakit pembuluh (Ratoon Stunting Disease/RSD) tidak terdapat pada tanaman tebu asal kultur jaringan sampai dengan keprasan kedua. Benih G0 yang dihasilkan dari laboratorium kultur jaringan, dapat ditangkarkan menjadi benih G1. Benih G1 ditangkarkan lagi menjadi G2 yang selanjutnya dapat ditanam atau ditangkarkan untuk Kebun Bibit Induk (KBI) dan Kebun Bibit Datar (KBD). Proses produksi benih G0 dilakukan di laboratorium, sementara proses produksi benih G1 dilakukan di Pembibitan dan G2 dilakukan di lapangan. Benih harus berasal dari kebun benih yang telah berumur 6 - 8 bulan untuk setiap jenjang kebun benih.

         Bibit konvensional biasanya diambil dari bagian tanaman tebu bibit umur 6 - 7 bulan,  bentuknya beragam mulai dari pucuk, bagal (mata 3, 2 atau 1), rayungan, topstek, budset, planlet, bud chip, hingga bentuk-bentuk lainnya, termasuk  salah satu metoda pembibitan yang saat ini sedang naik daun  disebut single bud planting (SBP). Bibit konvensional tidak bisa terbebas dari serangan hama dan penyakit karena proses produksi dilakukan sepenuhnya di lapang.

         Sebaliknya, bibit kultur jaringan  bisa terbebas dari penyakit sistemik dan hama sehingga lebih sehat dan produktif. Dengan teknik kultur jaringan atau kultur in-vitro, bagian tanaman seperti protoplas, sel, jaringan dan organ, ditumbuhkan dan diperbanyak dalam media buatan dengan kondisi aseptik dan terkontrol.

        Benih yang bermutu harus memenuhi kriteria sebagai berikut: standar daya kecambah > 90%, ukuran batang dengan panjang ruas normal (tidak ada gejala hambatan pertumbuhan/kerdil), mata tunas masih dorman, benih tebu tidak kering, keriput dan berjamur. Standar benih tebu yang sehat berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan kriteria sebagai berikut serangan hama penggerek batang < 2 % dari jumlah ruas, penggerek pucuk < 5 % dari jumlah ruas, hama lain < 5 %, benih harus diusahakan tidak terserang penyakit sistemik seperti RSD, mosaik dan blendok.

         Untuk mencegah hama dan penyakit pada tanaman, benih sebelum ditanam diperlakukan dengan perawatan air panas (HWT) pada suhu 500C selama 2 jam untuk pengendalian penyakit RSD, luka api, pengendalian spora jamur, serangga, dan kutu.

 

    Penyiapan Lahan

        Penyiapan lahan tanam tebu disini termasuk adalah kegiatan pembajakan dengan tujuan pembalikan tanah guna membunuh gulma dan penyakit yang ada pada permukaan tanah. Dalam penyiapan lahan ini juga terkadang juga terdapat upaya penambahan nutrisi dan perbaikan sifat tanah dengan cara penambahan BO dari pupuk kandang dan ini dilakukan biasanya sebelum proses pembajakan. Kemudian setelah itu melakukan pembuatan bedengan bedengan atau guludan guludan, dimana bedengan tersebut disesuaikan dengan jaarak tanam tebu.

 

 Penanaman

        Di dalam proses penanaman tebu ini memiliki dua tujuan yaitu tanam guna memperoleh bibit dan tanam  untuk tebang tebu giling. Tanam untuk memperoleh bibit adalah kegiatan menanam dimana tebu ini akan diudidayakan untuk nantinya dijadikan bibit tebu. Pelaksanaan tanam tebu bibit ini dilakukan pada bulan Desember-Januari dimana pada bulan tersebut merupakan musim hujan, dengan tujuan pada tanam tebu bibit ini tersedia cukup air untu memecah nutrisi yang tersimpan untuk membentuk tunas. Masa tanam tebu bibit ini hanya 6 bulan saja sehingga tebu bibit dapat dipanen pada bulan Juni-Juli bertepatan masa tanam tebu tebang giling.

        Tebu tebang giling adalah usaha budidaya tebu yang dilakukan untuk diperoleh nira atau air gula nya guna diolah untuk menjadi gula. Untuk tebu tebang giling dimulai pada bulan Juni-Juli dimana pada bulan tersebut bertepatan pada musim kemarau. Tebu tebang giling memiliki usia 10-12 bulan. Tanam tebu tebang giling ini dapat dilakukan dengan menanam bibit baru atau menggunakan hasil keprasan usaha budidaya tebu tebang giling musim tanam sebelumnya/ tahun sebelumnya.

        Jarak tanam tebu ini adalah menggunakan system PKP yaitu system jarak tanam dari pusat ke pusat dimana dari pusat kepusat memiliki jarak antara 100-120cm.

  1. Pemeliharaan
  2. Pemberian Air

        Pemberian air merupakan kegiatan menaambahkan air pada media tanam guna air dapat diserap tanaman untuk membantu setiap proses metabolisme tanaman. Pemberian air paada budidaya tanaman tebu dapat menggunakan air waduk dengan cara pengairan teknis, tadah hujan dengan cara sirat, atau dengan air sumur bor / pompanisasi menggunakan system leb. Pengairan atau pemberian air dalam praktek budidaya tebu dilakukan pada massa setelah tanam dan setiap setelah dilakukan pemupukan guna melarutkan pupuk/ unsure hara tambahan ke dalam tanah guna dapat diserap oleh akar-akar tanaman.

Penyiangan

       Penyiangan adalah kegiatan membersihkan media tanam sekitar tanaman pokok dari taaman tanaman pengganggu ( gulma ). Penyiangan dapat dilakukan dengan cara mencabuti, menimbun tanaman pengganggu ( turun tanah), gulud atau bumbun. Penyiangan ini bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan persaingan antara tanaman utama denga tanaman pengganggu untuk mendapatkan air, unsure hara, cahaya, oksigen, dan ruang tumbuh dan penyiangan ini juga bertujuan mengurangi bahaya serangan hama dan penyakit tanaman. Penyiangan dapat juga menggunakan bentuan Herbisida tanpa membunuh tanaman utama. Namun dalam prinsip PHPT penggunaan herbisida kimia dapat menimbulkan residu yang berbahaya bagi media tanam (tanah) mapun residu bagi tanaman yang membahayakan bagi manusia yang mengonsumsinya.

 Pemupukan

           Pemupukan adalah usaha memberikan unsure hara tambahan yang dibutuhkan tanaman guna membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang optimal. Dalam konsep budidaya tanaman yang sehat dan berkelanjutan pemberian pupuk harus sesuai dengan anjuran peberian dan sesuai dosis yang telah ditentukan.

          Pemupukan pertama dilakukan pada masa penyiapan lahan yaitu dengan pemberian pupuk organic (pupuk kandang/kompos). Pemberian pupuk I dilakukan pada usia 20-30hst yaitu dengan pemberian pupuk ZA dan Phonska dengan dosis  100kg/ha dan 140kg/ha. Dan pemupukan ke II dilakukan pada usia 2-3hst dengan memberikan ZA dan Phonska  dengan dosis masing-masing 400kg/ha dan 300kg/ha.

  Bumbun/Gulud/Ipuk

         Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu, yaitu berdaun 3 – 4 helai. Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-rumputan, membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah.

         Pembumbunan ke – 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup besar + 20 cm, sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu ditimbun tanah atau + 2 bulan.

         Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan, semua got harus diperdalam ; got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm.

  Klentek

         Yaitu melepaskan daun kering, harus dilakukan 3 kali, yaitu sebelum gulud akhir, umur 7 bulan dan 4 minggu sebelum tebang. Kletek Perempalan daun. Kegiatan perempelan daun bertujuan untuk membersihkan daun-daun yang sudah kering pada tanaman tebu sehingga kelihatan bersih, mudah untukpengamatan , pengontrolan, menghindari kebakaran dan memudahkan pemeliharaan selanjutnya.

        Cara melakukan perempelan daun tebu Daun-daun yang sudah kering dilepaskan menggunakan sabit tajam/sabit bergigi dari tanaman tebu, kemudian daun diikat sesuai dengan kemampuan, kemudian di kumpulkan disisi sisi jalan untuk memudahkan pengangkutan.

        Daun-daun tersebut dikumpulkan menggunakan kendaraan Truk/Gerobag di suatu tempat, kemudian dapat diolah menjadi silase makanan ternak maupun diolah menjadi pupuk kompos.

        Perempalan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 4 bulan setelah tanam dan yang kedua ketika tebu berumur 6-7 bulan. Sehingga ruas-ruas tebu nampak bersih dari daun tebu kering.

 Pengelolaan Hama dan Pentyakit Terpadu

        Hama dan penyakit dalam budidaya tanaman merupakan hal yang perlu menjadi perhatian karena dapat menimbulkan kerugian ekonomi apabila serangan hama melebihi ambang ekonomi. Agar tidak terjadi ledakan serangan hama dan penyakit, maka perlu dilakukan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman tebu mulai umur tanaman 1 bulan. Penggerek pucuk dan batang merupakan hama-hama utama di beberapa pabrik gula khususnya di Jawa dan Sumatera. Hama penggerek pucuk Triporyza nivela intacta menyerang tunas umur 2 minggu hingga saat tebang. Pucuk tebu yang terserang akan mati atau membentuk siwilan.

       Hama penggerek yang menyerang batang tebu adalah Proceras sacchariphagus (penggerek bergaris), Chilo auricilia (penggerek berkilat), eucosma scistaceana (penggerek abu-abu), Chilotraea infuscatela (penggerek kuning), Sesamia inferens (penggerek jambon) dan Pragmataesia castanea (penggerek raksasa). Kerugian akibat serangan penggerek berupa batang-batang yang mati tidak dapat digiling dan penurunan bobot tebu atau rendemen akibat kerusakan pada ruas­ruas batang. Kerugian gula akibat serangan penggerek pucuk ditentukan oleh jarak waktu antara saat penyerangan dan saat tebang

      Pengendalian hama penggerek dengan cara mekanis dan kimiawi semakin mahal dan sulit dilakukan. Oleh karena itu pengendalian secara terpadu (PHT) merupakan alternatif yang terbaik. Kegiatan PHT dilakukan secara terpadu dengan menggabungkan berbagai macam cara pengendalian yang meliputi pengendalian secara mekanis, kultur teknis, biologis, dan kimiawi.

      Pengendalian secara mekanis yang dilakukan di antaranya tangkap kupu-telur, klentek, dan roges. Pengendalian kultur teknis meliputi penanaman dengan menggunakan varietas unggul yang tahan terhadap hama dan penyakit, dan penggunaan blok sistem dalam tebang. Pengendalian hama secara biologis dengan menggunakan parasitoid dan predator seperti Trichogamma chilonis, Cotesia flavipes, Sturmiopsis inferens, Tetrastichus scoenobii, dan Elasmus zehteneri. Pengendalian secara kimiawi dengan aplikasi carbofuran dengan Microband dan spray pesawat untuk hama penggerek pucuk dan kutu bulu putih.

       Pengendalian penyakit Pembuluh dengan perawatan air panas 50° C selama 2 jam terhadap bibit tebu dapat mengembalikan hasil yang hilang sebesar lebih kurang 10 %, tetapi kendala yang dihadapi adalah ketiadaan tangki air panas di pabrik gula ­pabrik gula.

 Pemanenan

           Pemanenan adalah kegiatan akhir dari setiap siklus penanaman tebu, dimana kegiatan pemanenan meliputi Tebang, Muat dan Angkut, yang bertujuan: memungut tebu dalam jumlah yang optimal dari setiap petak tebang, mengangkut tebu dari petak tebangan ke pabrik dan mempertahankan hasil gula yang secara potensial berada pada tanaman tebu. Kegiatan tebang muat angkut (TMA) adalah kegiatan yang sangat komplek, karena bukan saja merupakan rangkaian dari tiga kegiatan yang saling mempengaruhi, tapi juga karena sangat ketat dibatasi oleh waktu. Apabila terjadi kendala di salah satu kegiatan, maka kegiatan lainnya akan terganggu. Seluruh kegiatan pertanaman akan ditentukan hasilnya dalam kegiatan TMA, bahkan hasil kinerja perusahaan akan ditampilkan dari kegiatan TMA. Kinerja manajemen seolah-olah dipertaruhkan dalam kegiatan ini. Secara garis besar tujuan dari TMA adalah mendapatkan tebu giling yang masak segar bersih (MSB) sebanyak-banyaknya sejak ditebang hingga digiling dalam tempo secepatnya.

Pelaksanaan pemanenan dan pengiriman tebu ke pabrik menggunakan 3 (tiga) sistim tebang yaitu:

  1. Penebangan Tebu Sistem Tebu Ikat (Bundled Canet-BC)

        Tebangan dengan sistem Bundled Cane adalah sitem tebangan yang dalam pelaksanaan tebang serta pemuatannya (loading) dilaksanakan dengan tenaga manusia (manual), sedangkan transportasi tebu dari petak tebang ke pabrik dilaksanakan dengan mengunakan truck. Karakteristik tebangan Bundled Cane mempunyai keunggulan: hanya memerlukan investasi yang relatif kecil, dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, resiko terhadap kerusakan petak relatif kecil, dapat beroperasi walaupun dalam kondisi cuaca basah, kapasitas pengiriman ke pabrik relatif besar. Di samping itu tebangan Bundled Cane mempunyai kekurangan: kualitas tebangan berfluktuasi dan tergantung dari intensitas pengawasan di lapangan, sangat rentan terhadap faktor eksternal (faktor sosial), memerlukan tenaga tebang dalam jumlah besar, dan hal ini seringkali sulit didapatkan.

      2. Penebangan Tebu Sistem Tebu Urai (Loose Cane-LC)

        Sistem penebangan Loose Cane (LC) adalah sistem penebangan di mana tebang dan ikat tebu dilakukan secara manual sedang pemuatannya (loading) dilakukan dengan menggunakan Grab Loader, dan pengangkutan tebu dari petak tebang ke pabrik dilakukan dengan truck (Losse Box) ataupun diangkut dengan trailer. Keunggulan penebangan Loose Cane: kapasitas pengiriman relatif besar, penyelesaian penebangan dan transportasi relatif cepat, dapat digunakan sebagai balancing atau penyeimbang terhadap permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul dari Bundled Cane. Sementara itu untuk kekurangannya: diperlukan investasi yang relatif besar untuk pembelian peralatan seperti traktor, trailer, grab loader, dan sebagainya, dalam kondisi areal basah seringkali kesulitan dalam operasional loading maupun transportasi tebunya, resiko kerusakan areal lebih besar dibandingkan dengan sistem manual (Bundled Cane).

      3. Penebangan Tebu dengan Mesin (Cane Harvester)

       Penebangan dengan menggunakan mesin pada hakekatnya hanya untuk penyangga atau membantu untuk memenuhi quota pengiriman tebu. Hal ini mengingat dengan peralatan tersebut diperlukan investasi awal yang besar serta dengan biaya operasional yang relatif mahal. Akan tetapi pada kondisi tertentu penebangan tebu harus dibantu dengan menggunakan peralatan mesin tebang tersebut.Kondisi dimana mengharuskan penebangan dengan cane harvester: pada saat jumlah tenaga tebang menurun, sehingga quota pengiriman tebu ke pabrik tidak terpenuhi dari sistem Bundled Cane maupun Loose Cane, diperlukan pengiriman tebu ke pabrik dalam waktu yang cepat, agar dapat memenuhi quota pengiriman tebu ke pabrik, untuk membantu/menopang pengiriman tebu ke pabrik agar dapt menggiling tebu secara kontinyu. 

      Sementara itu untuk pengoperasian Cane Harvester secara optimal diperlukan persyaratan-persyaratan antara lain: kondisi areal relatif rata, kondisi tebu tidak banyak yang roboh, kondisi areal bersih dari sisa-sisa kayu/tunggul, kondisi areal tidak banyak mengandung tanaman merambat (Mikania), petak tebang dalam kondisi utuh sekitar 10 ha, kondisi petak tebang tidak basah/becek.

Jumat, 15 Oktober 2021

Perkebunan Kapas


Teknik Penjernihan Minyak Biji Kapas Sebagai Minyak Makan




       Teknik Penjernihan Minyak Biji Kapas Sebagai Minyak Makan. Tanaman kapas lebih dikenal sebagai penghasil serat bahan baku tekstil. Selain serat kapas yang dihasilkan, biji kapas juga dapat menghasilkan minyak, protein, dan lemak. Selain itu di dalam minyak biji kapas terkandung asam lemak jenuh yang rendah (30,26 %) dan asam lemak tidak jenuh yang tinggi (69,74 %), sehingga sangat baik digunakan sebagai minyak makan.

      Penyebab kurang berkembangnya industri minyak biji kapas sebagai minyak makan di Indonesia salah satunya adalah belum tersedianya teknologi yang mendukung terutama adalah teknologi sederhana yang terjangkau oleh pengusaha kecil atau bahkan petani.

      Beberapa penelitian yang telah dihasilkan di Indonesia masih pada tingkat identifikasi kandungan nutrisi dan jenis pelarut untuk ekstraksi, serta pemanfaatan bungkil biji kapas untuk pakan ternak. Minyak biji kapas yang dihasilkan dari penelitian tersebut belum memenuhi syarat sebagai minyak makan.

      Untuk itu peneliti pada Balittas telah melakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan teknologi sederhana produksi minyak biji kapas yang memenuhi syarat sebagai minyak makan dalam hal teknik penjernihan.

     Teknik penjernihan (refining)  cukup beragam, sangat tergantung pada jenis minyak. Minyak biji kapas yang digunakan adalah hasil ekstraksi dengan screw press (crude oil). Proses penjernihan yang dicoba dalam penelitian ini dilakukan 4 tahap yaitu degumming, netralisasi, pemucatan, dan penyaringan.

1. Degumming

     Proses degumming diawali dengan melakukan pemanasan minyak biji kapas hingga 80°C. Setelah suhu tercapai ditambahkan asam phospor sebanyak 3% dari berat minyak yang diproses sambil diaduk terus hingga 15 menit. Minyak yang telah di degumming dipisahkan dari gum nya dan kemudian dicuci dengan aquades.

     Cara pencucian dengan cara memanaskan minyak hasil degumming hingga 80ºC kemudian ditambahkan aquades sebanyak 5% dari berat sambil diaduk terus hingga 10 menit. Pencucian dilakuan sebanyak dua kali. Hasil degumming seperti pada Gambar 1b.

      Bahan degumer yang dicoba adalah asam phosphor (H3PO4) Pa (pro analysis) dan asam phosphor teknis dengan konsentrasi 3% dari berat minyak biji kapas. Hasil pengujian menunjukkan bahwa warna dan persentase minyak antara menggunakan asam phosphor teknis tidak berbeda.
     Perbedaan warna terjadi hanya pada endapan gum, dengan menggunakan asam phospor teknis menghasilkan warna endapan hitam .
    Dengan demikian, proses degumming yang efisien cukup menggunakan asam phospor teknis yang dari segi harga jauh lebih murah dibanding Pa.

2. Netralisasi

       Netralisasi menngunakan NaOH dilakukan selain terjadi  proses penyabunan asam lemak bebas juga mengurangi substansi warna karena senyawa-senyawa phenol seperti gossypol, asam phenol,dan flavenoid.

       Senyawa tersebut dirubah menjadi quinon dan polyquinon yang larut dalam minyak. Proses netralisasi dilakukan dengan menambahkan larutan NaOH sesuai bilangan asam minyak sambil dipanaskan dengan suhu 90°C dan diaduk.

       Konsentrasi NaOH berpengaruh terhadap persentase minyak yang diperoleh dan fisik soapstock. Semakin tinggi konsentrasi terjadi penurunan persentase minyak yang diperoleh dan fisik soapstock sebagai limbah dalam proses ini semakin keras.

       Warna minyak yang menunjukkan kualitas minyak tidak berbeda pada semua konsentrasi yang dicoba. Waktu pengadukan dalam proses netralisasi berpengaruh terhadap warna minyak dan waktu pengendapan soapstock. Waktu pengadukan untuk memperoleh hasil minyak yang optimal adalah 10 menit.

3. Bleaching (pemucatan)

      Pemucatan adalah proses pemurnian untuk menghilang-kan zat-zat warna yang terkandung di dalam minyak. Proses pemucatan dilakukan dengan bahan absorben lempung bentonit yang teraktivasi asam sulfat dengan ukuran bentonit 100 mesh dan 5 mm,didispersikan kedalam larutan asam sulfat 1,6 M tanpa pengukusan (steaming) dan di kukus.

      Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa perlakuan bentonit 5 mm tanpa dikukus menghasilkan warna minyak lebih baik dengan waktu pengendapan lebih cepat dibanding perlakuan lain. Sementara itu persentase minyak yang diperoleh tidak berbeda pada semua perlakuan yang diuji.

      Pada perlakuan yang dikukus terjadi perubahan warna yang lebih gelap dari warna sebelumnya yang disebabkan terjadinya oksidasi. Hingga pada proses pemucatan dengan menggu-nakan bahan absorben ini belum diperoleh warna minyak kuning jernih sesuai dengan standar mutu minyak makan.

4.Penyaringan

    Setelah dilakukan proses pemucatan minyak biji kapas disaring untuk membersihkan kotoran-kotoran yang tersisa dengan menggunakan polypropylene filter, catridge carbon aktif, atau kain filter. Proses penyaring ini merupakan proses akhir untuk mendapatkan minyak makan yang memenuhi standar mutu minyak makan.

    Hasil penyaringan terbaik dihasilkan dengan menggunakan polypropylene filter  dan kain filter , karena ukuran kedua jenis filter tersebut yang digunakan lebih kecil yaitu 1 mikron dibanding filter catridge carbon dengan ukuran 5 mikron. Penyaringan tidak mampu merubah warna minyak, hanya meningkatkan kejernihan.

    Dengan demikian warna minyak hasil proses pemucatan yang berwarna kuning kecoklatan tidak berubah tetap berwarna kuning kecoklatan setelah melalui proses penyaringan (Soebandi dan Diwang Hadi Parmono ( Peneliti dan Teknisi  Balittas).

Perkebunan Kayu Jati



Syarat Tumbuh Budidaya Pohon Jati

Syarat Tumbuh Budidaya Pohon Jati di Indonesia menurut dinas pertanian adalah ditempat yang beriklim tropis, kalau di Indonesia seperti seluruh pulau jawa, sebagian pulau sumatra, sulawesi selatan, sulawesi tenggara, NTB dan maluku dengan Syarat Tumbuh Budidaya Pohon Jati sebagai berikut:

1. Curah hujan 1500-2500mm/tahun.
2. Bulan kering 2-4 bulan.
3. Tinggi lokasi penanaman 10-1000 m dari permukaan laut.
4. Intensitas cahaya 75-100%.
5. Ph tanah 4-8.
6. Jenis tanah lempung berpasir, hindari tanah becek/rawa dan cadas.

    Syarat Tumbuh Budidaya Pohon Jati untuk wilayah Lampung masih dalam area yang disebutkan diatas. Selain yang disebutkan diatas Syarat Tumbuh Budidaya Pohon Jati yang saya lihat bagus adalah ditanah pegunungan batu kapur dimana banyak tumbuh  tanaman Pohon Jati. Indikasi yang jelas dapat kita temukan apakah cocok suatu tanaman pepohonan didaerah itu itu adalah dengan melihat sekelliling daerah tersebut biasanya banyak terdapat pepohonan yang kita maksud tumbuh secara liar.

   Ditanah pegunungan yang terkenal subur Syarat Tumbuh Budidaya Pohon Jati jelas terpenuhi, pohon jati bisa tumbuh lebih cepat itu sudah terbukti dengan melihat umur pohon jati ditanah yang datar atau ladang biasa diameter batangnya berbeda dengan yang tumbuh dilereng gunung. Pohon jati yang saya tanam berasal dari bibit alami, dan pola tanam yang sangat tradisional hanya jarak saja yang teratur membuat terlihat seperti profesional. Untuk mendapatkan batang yang bagus dan lurus kita harus mengatur jarak barisan antara 6 meter – 8 meter sedangkan larikan antara 4 m – 6 m sebagai Syarat Tumbuh Budidaya Pohon Jati yang baik

      Syarat Tumbuh  Pohon Jati sekarang ini banyak orang yang mengembangkan Budidaya Pohon Jati dengan menggunakan bibit-bibit unggul dan pengelolaan yang lebih profesional.

    Teknik budidaya pohon jati dimulai dari persiapan lahan, Pembukaan lahan kebun dengan membersihkan dari semak-semak, alang-alang dll, kemudian membuat lubang tanam 40x40x40 cm dan dibiarkan selama kurang lebih 2 minggu. Lakukan pemupukan pada lubang tanam dengan memberikan pupuk kandang atau kompos sebanyak 5kg per lubang. Pemberian kapur atau dolomit apabila tanah masam sebanyak 50-100g/lubang tanam sebagai Syarat Tumbuh Budidaya Pohon Jati.

Penanaman: Masukan tanah campuran/kompos ke lubang setinggi 1/3 kedalam lubang sambil disiram, masukan bibit jati KBK yang telah disobek polibag nya ke dalam lubang lalu timbun lubang hingga penuh, siram tanaman sambil memadatkan lubang tanam.

Pemeliharaan: Pembersihan rumput/gulma disekitar tanaman penting untuk dilakukan, jaga jangan sampai ada genangan air disekitar pohon, purning atau pemangkasan cabang-cabang harus rutin dilakukan sampai minimal ketinggian 6m,potong cabang 1-2cm dari pangkal. semprot insektisida bila perlu untuk membunuh hama dan penyakit.

Pemupukan: Taburkan pupuk urea atau npk sekitar tanamam sesuai petunjuk. perhatikan cara pemupukan dan periode pemupukan karena tahun pertama pohon jati tumbuh adalah masa kritis yang menentukan untuk tumbuh selanjutnya.